Cinta Tanpa Syarat


“Aduh! 5 menit lagi jam 5, Papa pasti marah kalau aku telat.”

Hai! Namaku Juna, Arjuna tepatnya. Saat ini aku sedang terburu-buru menuju ke suatu tempat. Aku harus ke rumah sakit. Bukan karena aku sedang sakit, tapi aku harus pulang bersama Papaku. Papa seorang dokter senior disana. Aku harus memperlebar langkahku sekarang. Papa sangat tidak suka dengan orang yang tidak ‘on time’.

Aku, Juna. Aku seorang siswa di sekolah menengah atas. Aku adalah anak semata wayang. Aku hanya tinggal dengan Papaku. Hartaku satu-satunya. Mengapa? Seandainya saja aku tahu siapa Mamaku, mungkin harta berhargaku bukan hanya Papa.

Hari itu Papa membangunkanku. Kulihat jam menunjukkan pukul 1 malam. Menyebalkan sekali!

“Ada apa sih, Pa? Tengah malem gini bangunin Juna.” protesku.

“Dasar pelupa! Hari ini kan ulang tahun kamu. Ayo bangun sekarang! Cepat! Atau Papa siram kamu pake air se-ember.” kata Papa sambil tertawa. Kenapa aku bisa lupa ulang tahunku sendiri? Hmmm Papa benar, aku memang benar-benar pelupa. Dengan mata setengah tertutup aku mengikuti langkah Papa menuju teras belakang. Papa memintaku duduk dan menutup mata. Hmmm sebentar lagi pasti ada kue dan lilin angka 17 di hadapanku. Benar saja, dugaanku tak pernah meleset. Ini terlalu mainstream Pa, please.

Baca Selengkapnya
Aku, Juna. Aku seorang siswa di sekolah menengah atas. Aku adalah anak semata wayang. Aku hanya tinggal dengan Papaku. Hartaku satu-satunya. Mengapa? Seandainya saja aku tahu siapa Mamaku, mungkin harta berhargaku bukan hanya PapHari itu Papa membangunkanku. Kulihat jam menunjukkan pukul 1 malam. Menyebalkan sekali“Ada apa sih, Pa? Tengah malem gini bangunin Juna.” protesku.

0 Response to "Cinta Tanpa Syarat"

Post a Comment